Hari keempat ini sebenarnya sudah bukan bagian dari rangkaian acara AISC. Tapi karena tiket pesawat kami masih 2 hari lagi, jadi kami masih stay di Taiwan. Semalam, beberapa teman dari UI sudah check out terlebih dahulu dari hotel dan mereka memutuskan untuk menginap di bandara, agar tidak terlambat untuk check in besoknya.
Pagi-pagi sekali, emm, jujur sih sebenarnya g pagi banget. Haha. Jam 8-an lah, kami semua ngumpul di kamar 710, kamar Mbak Wulan untuk rapat darurat membicarakan kelanjutan nasib kami selama 2 hari kedepan di taiwan ini. Sampai saat itu, 4 jam sebelum kami harus check out dari Intern Hotel CHU, kami masih belum mendapatkan hotel dimana kami akan menghabiskan sisa hari kami. Setelah ngobrol dan diskusi serta voting, kami akhirnya memutuskan untuk menginap di Taipei. Mbak Wulan akhirnya berhasil membooking hostel di Taipei yang harganya juga cocok dengan kantong kami. Kami langsung menghubungi panitia, dan mencoba menghubungi 3 orang teman kami yang hotelnya terpisah dari hotel kami saat itu.
Akhirnya, setelah memastikan tidak ada lagi barang-barang kami yang tertinggal di masing-masing kamar, kami check out pukul 11.30 dan satu persatu turun ke lantai 1. Kami yang akan ditemani oleh Bang Gunar dari Hsinchu, berangkat naik bis ke Taipei. Sesampainya di Taipei main station, ternyata sudah ada Bang Bas, yang dulu juga menjemput kami di bandara. Kami semua, ber18 langsung mencari taksi menuju hostel kami.
Setelah meletakkan barang di kamar masing-masing, solat dzuhur dan ashar, kami bertemu lagi di lobi hostel untuk melanjutkan kisah manis kami di Taipei. Yeay!!! :D
Bang Gunar dan Bang Bas mengajak kami mengunjungi Taipei Main Station, yang ternyata itu gedung gede banget. Ada terminalnya, stasiun kereta api bawah tanah, mall, pusat perbelanjaan dan lain-lainnya. Karena memang sudah lapar, kami langsung mencari tempat makan yang sesuai untuk kami. Karena kami semua Muslim, kami langsung menuju ke rumah makan Indonesia yang ada di lantai sekian lah pokoknya. Hehehe. Biaya makan disana cukup mahal ternyata. Dengan menu nasi, sayur, telur, harganya sekitar 60-70 NT (sekitar 18000-21000 rupiah). Bang Gunar mengingatkan kami untuk membungkus nasi untuk makan kami malamnya. Tapi kebanyakan kami menolak dan lebih memilih untuk menghabiskan bekal kami (mie dan teman-temannya, hehe) dan si abang hanya tertawa pasrah dan prihatin melihat kami. Hahahaha.
Sekitar pukul 6an sore, kami bergerak ke Taipei 101 (Taipei I-Ling-I). Gedung ini bisa disejajarkan dengan Monas kalo di Indonesia, tapi bedanya si Taipei 101 ini isinya kantor-kantor yang lantai paling atasnya dibuat untuk observatori untuk melihat Taiwan dari ujung selatan ke ujung utara.
Wow, disini angin sudah mulai ngegeber men! Dingin! Hahaha. Jaket, sarung tangan, syal, dan masker pada keluar. Syal dan masker berguna banget nih disini. Selain untuk melindungi leher, juga bisa nutupin pipi. Hahaha. Dingin banget kalo pipi kena angin.
Foto-foto sepanjang jalan, berisik sendiri pokoknya. :D
Sayangnya kami g sempat naik ke lantai paling atas. Selain karena mahal, juga waktu yang g mencukupi. Jam 9 malam kami sudah harus bergerak kembali ke penginapan kami. Karena Bang Gunar, Bang Bas, dan 2 orang teman kami yang menginap di Hsinchu harus balik biar g ketinggalan bus dan kereta. Kendaraan umum disana tepat waktu semua. G pake ngaret sedikitpun!
Akhirnya, sekitar jam 10an kami sampe di penginapan, cuci muka (ngaku deh kami g pada mandi, hahaha, dingin, selain itu juga meskipun sudah jalan kemana-mana, dengan kecepatan lumayan tinggi, kami g keringatan sama sekali. Hehehe), bikin makan malam, ngumpul depan dorm para cewek-cewek, ngobrol dengan Dominique, bule Belanda yang backpackeran ke Asia, dan akhirnya tidur :D
Pagi-pagi sekali, emm, jujur sih sebenarnya g pagi banget. Haha. Jam 8-an lah, kami semua ngumpul di kamar 710, kamar Mbak Wulan untuk rapat darurat membicarakan kelanjutan nasib kami selama 2 hari kedepan di taiwan ini. Sampai saat itu, 4 jam sebelum kami harus check out dari Intern Hotel CHU, kami masih belum mendapatkan hotel dimana kami akan menghabiskan sisa hari kami. Setelah ngobrol dan diskusi serta voting, kami akhirnya memutuskan untuk menginap di Taipei. Mbak Wulan akhirnya berhasil membooking hostel di Taipei yang harganya juga cocok dengan kantong kami. Kami langsung menghubungi panitia, dan mencoba menghubungi 3 orang teman kami yang hotelnya terpisah dari hotel kami saat itu.
Akhirnya, setelah memastikan tidak ada lagi barang-barang kami yang tertinggal di masing-masing kamar, kami check out pukul 11.30 dan satu persatu turun ke lantai 1. Kami yang akan ditemani oleh Bang Gunar dari Hsinchu, berangkat naik bis ke Taipei. Sesampainya di Taipei main station, ternyata sudah ada Bang Bas, yang dulu juga menjemput kami di bandara. Kami semua, ber18 langsung mencari taksi menuju hostel kami.
Setelah meletakkan barang di kamar masing-masing, solat dzuhur dan ashar, kami bertemu lagi di lobi hostel untuk melanjutkan kisah manis kami di Taipei. Yeay!!! :D
Welcome to TAIPEI! :D
Bang Gunar dan Bang Bas mengajak kami mengunjungi Taipei Main Station, yang ternyata itu gedung gede banget. Ada terminalnya, stasiun kereta api bawah tanah, mall, pusat perbelanjaan dan lain-lainnya. Karena memang sudah lapar, kami langsung mencari tempat makan yang sesuai untuk kami. Karena kami semua Muslim, kami langsung menuju ke rumah makan Indonesia yang ada di lantai sekian lah pokoknya. Hehehe. Biaya makan disana cukup mahal ternyata. Dengan menu nasi, sayur, telur, harganya sekitar 60-70 NT (sekitar 18000-21000 rupiah). Bang Gunar mengingatkan kami untuk membungkus nasi untuk makan kami malamnya. Tapi kebanyakan kami menolak dan lebih memilih untuk menghabiskan bekal kami (mie dan teman-temannya, hehe) dan si abang hanya tertawa pasrah dan prihatin melihat kami. Hahahaha.
Peta Taipei
On the way to TMS
Setelah itu, kami dibiarkan untuk berbelanja suvenir di sepanjang lorong itu. Harganya g mahal kok. Suer! Murah malah! Selain suvenir, kami juga sempat berburu baju. Gila, murah-murah cing! Bayangin aja, baju-baju atau jaket yang disini harganya minimal 50 ribu, disana cuma 30 ribu. Hahaha. Sayangnya, uang yang dipake g bisa seenaknya kita dapatkan.
With Ami, at bus stop in Taipei
Sekitar pukul 6an sore, kami bergerak ke Taipei 101 (Taipei I-Ling-I). Gedung ini bisa disejajarkan dengan Monas kalo di Indonesia, tapi bedanya si Taipei 101 ini isinya kantor-kantor yang lantai paling atasnya dibuat untuk observatori untuk melihat Taiwan dari ujung selatan ke ujung utara.
Wow, disini angin sudah mulai ngegeber men! Dingin! Hahaha. Jaket, sarung tangan, syal, dan masker pada keluar. Syal dan masker berguna banget nih disini. Selain untuk melindungi leher, juga bisa nutupin pipi. Hahaha. Dingin banget kalo pipi kena angin.
Gagal bergaya dengan background Taipei 101 :D
Sayangnya kami g sempat naik ke lantai paling atas. Selain karena mahal, juga waktu yang g mencukupi. Jam 9 malam kami sudah harus bergerak kembali ke penginapan kami. Karena Bang Gunar, Bang Bas, dan 2 orang teman kami yang menginap di Hsinchu harus balik biar g ketinggalan bus dan kereta. Kendaraan umum disana tepat waktu semua. G pake ngaret sedikitpun!
Akhirnya, sekitar jam 10an kami sampe di penginapan, cuci muka (ngaku deh kami g pada mandi, hahaha, dingin, selain itu juga meskipun sudah jalan kemana-mana, dengan kecepatan lumayan tinggi, kami g keringatan sama sekali. Hehehe), bikin makan malam, ngumpul depan dorm para cewek-cewek, ngobrol dengan Dominique, bule Belanda yang backpackeran ke Asia, dan akhirnya tidur :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar