Selasa, 18 Januari 2011

mama, bintang, dan bulan

"Ma, nanti kalo Bintang sudah besar, Bintang mau seperti itu (menunjuk poster astronot di dinding kamarnya). Bintang mau terbang ke langit. Bintang juga mau seperti Neil Amstrong yang bisa terbang ke bulan. Bintang bisa kan ma seperti itu?", Bintang kecil bertanya kepada mamanya...

angin sepoi-sepoi menyapu wajah bintang yang sedang berziarah di kubur sang mama. bintang kini sudah besar. sudah tidak lagi minta ditemani saat mau tidur. sudah berani tidur dalam kondisi gelap. dan bintang yang kini sendiri, karena mama sudah tidak lagi berada di sampingnya. untuk menengok apakah bintang masih begadang untuk mengerjakan tugasnya. untuk memastikan apakah bintang pulang tepat waktu dari sekolah. apakah bintang selalu menghabiskan sarapannya. itu semua tidak akan ada lagi.

kemarin, mama yang terlihat sehat, tiba-tiba harus dilarikan ke rumah sakit. bintang yang sedang berada di sekolah di telpon tetangganya, bahwa mama tidak sadarkan diri. dengan tergesa-gesa, bintang menghambur dari sekolah menuju mama. IGD rumah sakit harapan. dalam pikirannya saat itu, hanya mama. mama yang tadi pagi meneriaki bintang untuk menghabiskan makanannya. mama yang tersenyum saat bintang menjahilinya ketika bersalaman tadi pagi. mama yang selalu saja tergopoh-gopoh membukakan pintu pagar untuk bintang lewat. ahh, kenapa mama sekarang begini? mama baik-baik saja kan? mama cuma pingsan biasa kan? pasti mama cuma mau ngasih aku kejutan. pikir otak bintang. menolak segala hal buruk yang terjadi pada mamanya.

sesampainya di rumah sakit, tetangga yang menunggui sang mama, terlihat berkurumun di luar ruang IGD. saat melihat bintang, mereka segera menyuruh bintang masuk dan menemui sang mama. bintang melihat selang-selang itu menusuk semua badan mama. alat-alat berkedip di sekeliling ranjang mama. "ya tuhan, diakah mamaku? yang tadi pagi masih memasak di dapur? kenapa ini? apa yang terjadi pada mama? jangan ambil dia tuhan. aku hanya punya mama di dunia ini. jangan biarkan dia pergi meninggalkanku seorang diri. dulu papa yang kau ambil. tapi tolong tuhan, jangan mama. tolong... jangan sekarang. aku belum menunjukkan kepada mama impianku.", bintang menangis tertahan.
tiba-tiba, tangan mama bergerak, dan dia bersuara lirih, "bintang. itu kamu nak?"
"iya ma. ini bintang. mama kenapa? mama jangan banyak ngomong dulu. aku panggil dokter ya?"
"gak usah bintang. mama gpp kok. mama cuma capek aja. mama pengen istirahat."
"maa, jangan bicara seperti itu. mama pasti sembuh kok. kita akan pergi ke pameran bunga besok. mama ingat kan? mama harus sembuh! y ma?", rengek bintang pada mamanya yang terlihat lemah.
"suara itu. suara dari alat di samping ranjang mama itu. ahh, mengganggu sekali. mama kan tidak perlu alat itu. pasti mama terganggu gara-gara suaranya. infus? buat apa infus itu? dokter berlebihan! mama sehat, kenapa harus dipasang ini itu?"

tiba-tiba, 'tiiiiitttttttttttttttt'. suara yang tadinya berjeda, sekarang bergabung menjadi nyaringan panjang yang memekakkan telinga bintang. tangan mama tiba-tiba lemas. mama tidak bergerak. mama tidak bernafas. "dokter! dokter! mama! mama, mama kenapa dok? mama..", teriak bintang

dokter dan suster-susternya masuk dan bintang di dorong keluar oleh salah satu perawat itu. bintang meronta-ronta. bintang ingin tetap berada disana. disamping mama. mama pasti membutuhkannya. begitu pikir bintang.
tak berselang lama. dokter keluar. bintang yang masih terus meronta-ronta langsung masuk. tercekat dengan apa yang dilihatnya, bintang pun jatuh terduduk. tubuh mama sudah ditutupi selimutnya. suster-suster itu sedang melepas alat-alat yang tadinya terpasang pada tubuh mama. bintang tidak menangis. bintang juga tidak bergerak. dia hanya memandangi tubuh yang tertutupi itu. pikirannya kosong. tetangga yang tadi menjaga diluar, sekarang masuk untuk membantu bintang berdiri. mereka membawa bintang keluar, sementara sebagian yang lain mengurus jenazah mama untuk dibawa pulang.

-6 bulan kemudian-
hari-hari itu terasa cepat bagi bintang. kini, dia sedang duduk di samping mama. sekarang bintanglah yang menemani mama tidur, seperti yang selalu dilakukan mama saat bintang kecil dulu. bintang bercerita apa saja kepada mama. bintang bercerita bahwa dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di amerika. impiannya saat kecil sebelum tidur, akhirnya akan terwujud. "ma, minggu depan bintang berangkat ke amerika. bintang g bisa sering-sering nengokin mama lagi. tapi bintang janji,bintang akan selalu ingat mama. bintang akan selalu menyapa mama di setiap malamnya. kita ketemu di bulan ya ma? kan bulan disini sama dengan bulan di amerika. tunggu bintang di bulan kita, ma", bisik bintang.



4 komentar:

  1. wow. Ini tulisan sendiri bhek? keren...

    eh, kalo tulisannya panjang gini, dipotong aja, pake read more. Biar di homepage nggak panjang

    BalasHapus
  2. hehe
    iya, lagi iseng semalem.
    gimana caranya bang dipotong gitu? ajarin dong..:D

    BalasHapus

...

Makasi sudah mau membaca..^^