Berawal dari santapan pembuka “DasGor( Dasgron dan Algor)” dan berakhir dengan hidangan penutup “ Kalkuflud(Kalkulus mEkflud)”, My Brain is Full With You…..! terlalu penat dan klise ketika tantangan dua minggu untuk menaklukan beragam soal2 yang pantang untuk di jawab harus di ungkap lagi, huft be Miracle… semua akan terjadi indah pada waktu-Nya. OKei…. Tawakal friend… kita udah ikhtiar en Pray, Now….Forget it, Saatnya kita senang2….. Let’s Go to JAWAAAA….. TIMUUURR…
Sepuluh tiket kereta ekonomi sudah di tangan dengan nomor tempat duduk 5ABCDE dan 6ABCDE, Yip… Gerbong satu Kereta kertajaya Jakarta-Surabaya Siap menjadi tempat singgah sementara kami menuju provinsi paling timur di Jawa. Bismillahirohmanirrohim…..
Waktu masih menunjukkan matahari sepenggal naik, Rumah Kontrakan balebak “DuaDua” telah riweuh dengan berbagai penghuninya yang mondar-mandir tanpa arah untuk mempersiapkan semuanya. Ya… “Packing-packing…”
Liba, mAHasiswi 19 Tahun berasal dari Lamongan beserta kang masnya, mas faisal, mereka ikut andil dalam pencarian sebuah “Angkot Carteran” yang akan mengantarkan kami ke stasiun, entah jurus apa yang mereka gunakan, Sehingga tiba2 tepat pukul 09.30 di depan rumah “duadua” telah tersedia mobil Carry tahun 90-an berwarna biru yang tak lain tak bukan adalah si Kadal ( Angkot kampus Dalam) dengan bapak sopir separuh baya kira2 berumur 40an yang dengan peci di kepalanya menunjukkan bahwa dia adalah orang bertanggung jawab dan cukup meyakinkan kami untuk dapat mengantarkan ke pelabuhan kereta dengan selamat sehat wal’afiat. Amin..
Melihat kami semua adalah wanita2 biasa yang pantang menyerah untuk menggapai impian, mas faizal pun tak hanya diam. Dengan sigapnya dia membawa pasukan teman-temannya dari departemen Biologi 44 yang akan membantu membawa koper dan tas2 kami. Yg kata liba si namany maz ikra n maz adhi,,, soalnya qta lkum kenalan langsung,, Wuih…. So sweet….!
10.00 WIB….
Rumah “DuaDua”-Balebak-Pangkot-Bateng-Bara-Darmaga-Yasmin-…….. stasiun.
At Bara…
Di sinilah kami bertemu partner-partner yang akan menemani petualangan kami…
BERLIN bertemu dengan mbak ZHI asal Bojonegoro, Dek Henny asal Tuban, dan Kafi asal Bojonegro yang merupakan seorang kapten di antara para bidadarii.
AL-AMIN bertemu dengan Bhekti, Nufu, Esti,Mega.
Lengkaplah sudah personil gerbong satu kertajaya, They are Me( Aulia), Liba, mbak Erna, Dika, Bhekti,Nufu, Esti, Henny, Mega, mbak Zhi, dan Khafi. Satu Arjuna dengan 10 bidadari akan siap menaklukan si kertajaya.
Terlihat ada sedikit guratan kekecewaan pada wajah pak sopir, apa ongkos 45.000 masih kurang, tapi kan perjanjiannya memang segitu, ataukah apa penumpangnya over load, atau apa??? Hmmm… cukup mengusik pikiran ini. Apa ada yang salah dengan kita?? beribu-ribu pertanyaan tengah beradu argument saling menyalahkan. Dan apa yang terjadi??????? Ternyata tak ada yang salah dengan kita. Bapak itu di kejar deadline, karena sebelum dhuhur dia sudah ada janji sama kawannya yang sangat penting. Dan setelah cukup kenal dengan pak Sopir, akhirnya kami terlarut dalam obrolan-obrolan yang kadang-kadang di selingi bahasa jawa, karena si bapak ternyata sering ke Jawa. Okeiii, mindset yang semula mengatakan bapak ini jutek,jaim, nggak ramah pun sirna dan berubah menjadi sosok bapak yang humoris dan wibawa. Hehehe……
Good Day…..
Tepat pukul 12.00 Akhirnya sampai juga di Stasiun Bogor, Si Bapak dengan amat sangat paniknya karena di kejar deadline yang amat sangat penting dengan wajah yang tak tega terpaksa harus menurunkan kami di samping Taman Topi dan kami harus berjalan lagi agar bisa berjumpa dengan kereta ekonomi AC menuju ke Stasiun Kota.
5.500 Per orang…. Ongkos yang lumayan murah untuk bisa sampai ke Jakarta. Kereta ekonomi AC dengan tempat duduk yang masih tak berpenghuni seolah-olah adalah sofa yang begitu indah untuk mengantarkan kami ke stasiun kota, not too bad berada di gerbong paling belakang di kereta tersebut, toh ntar kita akan merasakan jadi pawang di gerbong terdepan kertajaya. Hehehe…
Melihat sebuah kejujuran dari seorang kondektur kereta dan kecerobohan dari seorang penumpang adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga. Wanita muda dengan pakaiannya yang modis tepat berada di samping saya, dengan raut muka kebingungan dia harus membongkar tasnya untuk mencari sebuah kertas kecil berwarna hijau muda bertuliskan bogor-jakarta economy AC beserta angka 5.500 di bawah tulisan tersebut. “Pak maaf.. tiket saya hilang“, dengan polosnya si wanita itu mengatakannya kepada bapak kondektur, Uang 50.000 pun menjadi tanda selesainya insiden akibat kecerobohan wanita itu. Sempat terlintas prasangka buruk pada si bapak kondektur, Kok 50.000, Jangan….Jangan……argh ternyata semua prasangka itu berbuah manis ketika saya melihat kejujuran dari seorang kondektur. Maaf neng… ni kembaliannya,,,” ujar pak kondektor dengan senyumnya yang begitu ramah sambil mengembalikan uang berlembar puluh ribuan ke si wanita tersebut. Hmmm…. Subhanallah, Allah masih punya Makhluk yang sehebat pak Kondektor, kalau saja pejabat2 negara memiliki jiwa seperti jiwa seoreang kondekrtur tersebut, Indonesiaku akan semakin mengibarkan merahnya di kancah internasional… tak ada lagi KKN, atau mungkin tak kan pernah ada kasus century yang sepelik ini.
Lanjut ke Perjalanan…
Canda, tawa, senyum terlintas di antara kami. Aku melihat keanehan pada diri seorang Nurul Fuadah Alias Nufu. Wajahnya memerah, entah kenapa, malu, takut, sakit atau apa tak bisa di tebak. Kalaupun malu, apa yang membuat dia malu, kalau pun takut ada kita yang akan menjaga dia, hemmm… kalau sakit, dia masih terlihat ketawa sumringah. Ketika aku menanyakannya, dengan senyumnya dia menjawab “ tak apa2, jangan khawatir”. Entahlah.. wallahua’lam hanya Allah dan dia yang Tahuu. Heuu…
Stasiun cikini, kami harus berpisah dengan mbak zhi, dika, khafi, mega dan dek henny. Bukan karena terjadi konflik di antara kami tapi semua ini karena kehadiran mbak zhi yang belum mendapatkan tiket kertajaya, alhasil mereka pun harus mengantarkan mbak zhi membeli tiket dulu di stasiun senen denagn turun stasiun cikini agr cepat smapai dan dapat tiket duduk. Dan aku, liba, mbak erna, bhekti, esti, nufu, maz faizal dengan 2 orang temannya melanjutkan perjalanan ke stasiun kota untuk mengantarkan maz faizal membeli tiket buat tanggal 25 ke Yogyakarta. Okei, nevermind… friendship will never die just because we meet a farewell. Hehehhe…
Stasiun Kota…
Banyak orang, penumpang ataupun pedagang asongan, rame, kotor, penat, dan panas
So… confused but so amazing…………………….
Menunggui maz faizal dan teman-temannya membeli tiket sambil melihat kondisi di sekitar stasiun, very closed situation….
Wait a KOPAMI….
Bus KOPAMI No.02 berwarna biru pun datang, denagn suaranya yang menderu akan mengantarkan kami ke stasiun senen, tempat sang kertajaya bermuara. seorang pengamen dengan membawa anaknya yang kira-kira masih berumur lima tahun mampu membuktikan atmosfir kota Jakarta yang terkenal dengan sebutan kejamnya ibukota menjadi benar adanya. Pengamen2 di setiap traffic light, penjual boneka di sepanjang jalan, pedagang asongan, hmm… Mereka menangis dalam senyuman hanya untuk menyambung nyawa.
….. sTasiun SENEN…
Stasiun senen better than stasiun kota, lebih bersih, lebih rapi, dan tak terlalu bising. Tetapi…..Kenapa namanya mesti stasiun senen??? Kenapa tidak stasiun selasa, rabu, kamis, ataupun jumat atau mungkin stasiun sabtu. Mengapa harus stasiun senin??? Pikiran ini menjawab dengan sendirinya sebuah silogisme mungkin…. Mungkin,..dan mungkin, sekali lagi wallahu a’lam.
Menunggu….si ular besi bernama kertajaya tak urung membuat kami jenuh, sehabis menjamak sholat dhuhur dan ashar, kami menghabiskan waktu di sana dengan makan, beli jajan, menunggu dan menunggu. Di sela-sela kejenuhan tersebut aku bertemu dengan seseoranmg yang tak asing lagi, seseorang yang setahun silam menjadi kelurga di B04, yip Yunita siti atau aku biasa memanggilnya mbak Yu. Ternyata dia bersama teman-temannya juga sedang menunnggu si Kertajaya, mereka berada di Gerbong tiga. Hmm… walaupun tak segerbong tak apalah, kita tetap Solid untuk menjadi satu di kertajaya. Heheu…
ANNOUNCEMENT…
Pengumuman… di bertahukan kepada seluruh penumpang kertajaya jurusan Jakarta-Surabaya segera bersiap2, kereta kertajaya akan memasuku Jalur tiga. Di harapkan hati-hati membawa barang bawaan anda.
Seorang Petugas Stasiun dengan gayanya yang sok cool mengusir kami dengan sopan untuk pindah dari waiting sit menuju areal pinggir jalur pemberhentian kereta. Dengan bermodal 11 tiket pun kami bisa langsung masuk tanpa adanya interogasi lebih lanjut.
Truz…. Where is Mas faisal and his friends??? Ternyata mereka tidak ikut pulang ke jawa timur. Mereka hanya mengantarkan kami sampai stasiun senen karena besok mereka harus beranngkat ke Yogyakarta untuk urusan Negara. (lebaiii)
Dan akhirnya…. TUT…TUT…TUT… siapa hendak turut ke Jakarta Surabaya, Ayo kawankuu lekas naik keretakuu tak berhenti lama, sang ular besi dengan gagahnya mengibas-ibaskan badannya yang cukup panjang. Okeii, deg dega-an stadium akhir, keringat berpeluh menetas tak tentu, harus mengakui kalau ini pertamakalinya aku naek sang Economy Train, sebuah kereta ekonomi yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya walaupun toh Jakarta-bogor pun itu tak pernah terbayangkan. Biasanya aku menaiki si Kereta bisnis “ Gumarang” ataupun lebih sering lagi naek Bus Pahala kencana, yang keduanya tak harus berdesak-desakan ketika menaikinya. Humf.....
(To be Continue...) Bersambung......
Sepuluh tiket kereta ekonomi sudah di tangan dengan nomor tempat duduk 5ABCDE dan 6ABCDE, Yip… Gerbong satu Kereta kertajaya Jakarta-Surabaya Siap menjadi tempat singgah sementara kami menuju provinsi paling timur di Jawa. Bismillahirohmanirrohim…..
Waktu masih menunjukkan matahari sepenggal naik, Rumah Kontrakan balebak “DuaDua” telah riweuh dengan berbagai penghuninya yang mondar-mandir tanpa arah untuk mempersiapkan semuanya. Ya… “Packing-packing…”
Liba, mAHasiswi 19 Tahun berasal dari Lamongan beserta kang masnya, mas faisal, mereka ikut andil dalam pencarian sebuah “Angkot Carteran” yang akan mengantarkan kami ke stasiun, entah jurus apa yang mereka gunakan, Sehingga tiba2 tepat pukul 09.30 di depan rumah “duadua” telah tersedia mobil Carry tahun 90-an berwarna biru yang tak lain tak bukan adalah si Kadal ( Angkot kampus Dalam) dengan bapak sopir separuh baya kira2 berumur 40an yang dengan peci di kepalanya menunjukkan bahwa dia adalah orang bertanggung jawab dan cukup meyakinkan kami untuk dapat mengantarkan ke pelabuhan kereta dengan selamat sehat wal’afiat. Amin..
Melihat kami semua adalah wanita2 biasa yang pantang menyerah untuk menggapai impian, mas faizal pun tak hanya diam. Dengan sigapnya dia membawa pasukan teman-temannya dari departemen Biologi 44 yang akan membantu membawa koper dan tas2 kami. Yg kata liba si namany maz ikra n maz adhi,,, soalnya qta lkum kenalan langsung,, Wuih…. So sweet….!
10.00 WIB….
Rumah “DuaDua”-Balebak-Pangkot-B
At Bara…
Di sinilah kami bertemu partner-partner yang akan menemani petualangan kami…
BERLIN bertemu dengan mbak ZHI asal Bojonegoro, Dek Henny asal Tuban, dan Kafi asal Bojonegro yang merupakan seorang kapten di antara para bidadarii.
AL-AMIN bertemu dengan Bhekti, Nufu, Esti,Mega.
Lengkaplah sudah personil gerbong satu kertajaya, They are Me( Aulia), Liba, mbak Erna, Dika, Bhekti,Nufu, Esti, Henny, Mega, mbak Zhi, dan Khafi. Satu Arjuna dengan 10 bidadari akan siap menaklukan si kertajaya.
Terlihat ada sedikit guratan kekecewaan pada wajah pak sopir, apa ongkos 45.000 masih kurang, tapi kan perjanjiannya memang segitu, ataukah apa penumpangnya over load, atau apa??? Hmmm… cukup mengusik pikiran ini. Apa ada yang salah dengan kita?? beribu-ribu pertanyaan tengah beradu argument saling menyalahkan. Dan apa yang terjadi??????? Ternyata tak ada yang salah dengan kita. Bapak itu di kejar deadline, karena sebelum dhuhur dia sudah ada janji sama kawannya yang sangat penting. Dan setelah cukup kenal dengan pak Sopir, akhirnya kami terlarut dalam obrolan-obrolan yang kadang-kadang di selingi bahasa jawa, karena si bapak ternyata sering ke Jawa. Okeiii, mindset yang semula mengatakan bapak ini jutek,jaim, nggak ramah pun sirna dan berubah menjadi sosok bapak yang humoris dan wibawa. Hehehe……
Good Day…..
Tepat pukul 12.00 Akhirnya sampai juga di Stasiun Bogor, Si Bapak dengan amat sangat paniknya karena di kejar deadline yang amat sangat penting dengan wajah yang tak tega terpaksa harus menurunkan kami di samping Taman Topi dan kami harus berjalan lagi agar bisa berjumpa dengan kereta ekonomi AC menuju ke Stasiun Kota.
5.500 Per orang…. Ongkos yang lumayan murah untuk bisa sampai ke Jakarta. Kereta ekonomi AC dengan tempat duduk yang masih tak berpenghuni seolah-olah adalah sofa yang begitu indah untuk mengantarkan kami ke stasiun kota, not too bad berada di gerbong paling belakang di kereta tersebut, toh ntar kita akan merasakan jadi pawang di gerbong terdepan kertajaya. Hehehe…
Melihat sebuah kejujuran dari seorang kondektur kereta dan kecerobohan dari seorang penumpang adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga. Wanita muda dengan pakaiannya yang modis tepat berada di samping saya, dengan raut muka kebingungan dia harus membongkar tasnya untuk mencari sebuah kertas kecil berwarna hijau muda bertuliskan bogor-jakarta economy AC beserta angka 5.500 di bawah tulisan tersebut. “Pak maaf.. tiket saya hilang“, dengan polosnya si wanita itu mengatakannya kepada bapak kondektur, Uang 50.000 pun menjadi tanda selesainya insiden akibat kecerobohan wanita itu. Sempat terlintas prasangka buruk pada si bapak kondektur, Kok 50.000, Jangan….Jangan……argh ternyata semua prasangka itu berbuah manis ketika saya melihat kejujuran dari seorang kondektur. Maaf neng… ni kembaliannya,,,” ujar pak kondektor dengan senyumnya yang begitu ramah sambil mengembalikan uang berlembar puluh ribuan ke si wanita tersebut. Hmmm…. Subhanallah, Allah masih punya Makhluk yang sehebat pak Kondektor, kalau saja pejabat2 negara memiliki jiwa seperti jiwa seoreang kondekrtur tersebut, Indonesiaku akan semakin mengibarkan merahnya di kancah internasional… tak ada lagi KKN, atau mungkin tak kan pernah ada kasus century yang sepelik ini.
Lanjut ke Perjalanan…
Canda, tawa, senyum terlintas di antara kami. Aku melihat keanehan pada diri seorang Nurul Fuadah Alias Nufu. Wajahnya memerah, entah kenapa, malu, takut, sakit atau apa tak bisa di tebak. Kalaupun malu, apa yang membuat dia malu, kalau pun takut ada kita yang akan menjaga dia, hemmm… kalau sakit, dia masih terlihat ketawa sumringah. Ketika aku menanyakannya, dengan senyumnya dia menjawab “ tak apa2, jangan khawatir”. Entahlah.. wallahua’lam hanya Allah dan dia yang Tahuu. Heuu…
Stasiun cikini, kami harus berpisah dengan mbak zhi, dika, khafi, mega dan dek henny. Bukan karena terjadi konflik di antara kami tapi semua ini karena kehadiran mbak zhi yang belum mendapatkan tiket kertajaya, alhasil mereka pun harus mengantarkan mbak zhi membeli tiket dulu di stasiun senen denagn turun stasiun cikini agr cepat smapai dan dapat tiket duduk. Dan aku, liba, mbak erna, bhekti, esti, nufu, maz faizal dengan 2 orang temannya melanjutkan perjalanan ke stasiun kota untuk mengantarkan maz faizal membeli tiket buat tanggal 25 ke Yogyakarta. Okei, nevermind… friendship will never die just because we meet a farewell. Hehehhe…
Stasiun Kota…
Banyak orang, penumpang ataupun pedagang asongan, rame, kotor, penat, dan panas
So… confused but so amazing…………………….
Menunggui maz faizal dan teman-temannya membeli tiket sambil melihat kondisi di sekitar stasiun, very closed situation….
Wait a KOPAMI….
Bus KOPAMI No.02 berwarna biru pun datang, denagn suaranya yang menderu akan mengantarkan kami ke stasiun senen, tempat sang kertajaya bermuara. seorang pengamen dengan membawa anaknya yang kira-kira masih berumur lima tahun mampu membuktikan atmosfir kota Jakarta yang terkenal dengan sebutan kejamnya ibukota menjadi benar adanya. Pengamen2 di setiap traffic light, penjual boneka di sepanjang jalan, pedagang asongan, hmm… Mereka menangis dalam senyuman hanya untuk menyambung nyawa.
….. sTasiun SENEN…
Stasiun senen better than stasiun kota, lebih bersih, lebih rapi, dan tak terlalu bising. Tetapi…..Kenapa namanya mesti stasiun senen??? Kenapa tidak stasiun selasa, rabu, kamis, ataupun jumat atau mungkin stasiun sabtu. Mengapa harus stasiun senin??? Pikiran ini menjawab dengan sendirinya sebuah silogisme mungkin…. Mungkin,..dan mungkin, sekali lagi wallahu a’lam.
Menunggu….si ular besi bernama kertajaya tak urung membuat kami jenuh, sehabis menjamak sholat dhuhur dan ashar, kami menghabiskan waktu di sana dengan makan, beli jajan, menunggu dan menunggu. Di sela-sela kejenuhan tersebut aku bertemu dengan seseoranmg yang tak asing lagi, seseorang yang setahun silam menjadi kelurga di B04, yip Yunita siti atau aku biasa memanggilnya mbak Yu. Ternyata dia bersama teman-temannya juga sedang menunnggu si Kertajaya, mereka berada di Gerbong tiga. Hmm… walaupun tak segerbong tak apalah, kita tetap Solid untuk menjadi satu di kertajaya. Heheu…
ANNOUNCEMENT…
Pengumuman… di bertahukan kepada seluruh penumpang kertajaya jurusan Jakarta-Surabaya segera bersiap2, kereta kertajaya akan memasuku Jalur tiga. Di harapkan hati-hati membawa barang bawaan anda.
Seorang Petugas Stasiun dengan gayanya yang sok cool mengusir kami dengan sopan untuk pindah dari waiting sit menuju areal pinggir jalur pemberhentian kereta. Dengan bermodal 11 tiket pun kami bisa langsung masuk tanpa adanya interogasi lebih lanjut.
Truz…. Where is Mas faisal and his friends??? Ternyata mereka tidak ikut pulang ke jawa timur. Mereka hanya mengantarkan kami sampai stasiun senen karena besok mereka harus beranngkat ke Yogyakarta untuk urusan Negara. (lebaiii)
Dan akhirnya…. TUT…TUT…TUT… siapa hendak turut ke Jakarta Surabaya, Ayo kawankuu lekas naik keretakuu tak berhenti lama, sang ular besi dengan gagahnya mengibas-ibaskan badannya yang cukup panjang. Okeii, deg dega-an stadium akhir, keringat berpeluh menetas tak tentu, harus mengakui kalau ini pertamakalinya aku naek sang Economy Train, sebuah kereta ekonomi yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya walaupun toh Jakarta-bogor pun itu tak pernah terbayangkan. Biasanya aku menaiki si Kereta bisnis “ Gumarang” ataupun lebih sering lagi naek Bus Pahala kencana, yang keduanya tak harus berdesak-desakan ketika menaikinya. Humf.....
(To be Continue...) Bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar